Menjadi minimalis artinya, merasa cukup untuk memiliki barang yang bermakna mendalam untuk diri kita dan dengan ikhlas membuang yang lainnya.
Kutipan mengenai gaya hidup minimalis yang ane dapatkan setelah membaca buku Goodbye, Things. Karya Fumio Sasaki.
Tidak dipungkiri, gaya hidup yang satu ini untuk orang yang biasa memiliki kamar penuh dan suka belanja cukup menantang. Bagaimana tidak, biasanya beli barang untuk pribadi, sekarang malah disuruh buang. Yang orang lain tidak pikirkan adalah, dengan membuang barang yang tidak benar-benar bermakna untuk hidup sama dengan menyadari apa barang yang memang bermakna untuk kelangsungan hidup kita.
Karena masih banyak orang yang menjadikan belanja sebagai sumber kebahagiaan, bukan sebagai kebutuhan. Makanya belanja sebanyak apapun tidak akan merasa puas.
Ane selama baca buku itu, berkali-kali membandingkannya dengan ajaran islam yang ane ingat. Hingga berkali-kali mikir, "ini kok kayak di hadist A ya?". Misalnya soal fundamental minimalisme, yaitu membeli barang mikir-mikir dulu; ane jadi inget hadist soal pertanyaan di akhirat, yang harta kita dipakai untuk apa. Kemudian soal harta, kalau misal kita meninggal kita nggak bawa barang kita satupun ke kubur; yang bikin ane inget isi hadist, bahkan sebenernya dari awal barang yang kita beli itu ada hak orang lain di dalamnya. Harta yang kita punya -kata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, Cuma 3 : makanan yang kita makan, baju yang kita pakai hingga rusak, dan apa-apa yang kita sedekahkan. Yah ga heran kalau sedekah itu sebenernya menambah harta.
Dan ini bikin ane mikir, sebenernya fundamental dari Minimalisme itu sendiri udah diajarkan dalam islam. Nggak, minimalisme sendiri sebenernya memang sejalan dengan ajaran islam sendiri. Yang artinya, gaya hidup dunia seperti minimalisme sebenernya udah diajarkan islam semenjak lama. Memang ya, islam rahmatan lil 'alamin.
Btw soal minimalisme, semenjak kerja ya, jadi makin sadar betapa sedikitnya waktu luang yang dimiliki, karena dalam sehari waktunya dipakai untuk kerja. Jadi sisa waktu saat tidak bekerja, ane harus manfaatkan dengan sebaik-baiknya biar tidak menyesal. Yang pasti harus bermanfaat atau minimal ane nikmati. Hidup terlalu singkat untuk melakukan hal yang tidak disukai. Yang juga, melakukan hal bermanfaat seperti ibadah dan berkarya.
Ane jadi mikir, ini aja pas kerja waktunya terbatas banget, gimana pas nikah ya? Cuma kalo ane pribadi, melihat keterbatasan ini bukan sebagai kekurangan, tapi sebagai kesempatan. Dengan keterbatasan, ane akan mikir-mikir kalau misal mau melakukan hal yang tidak bermanfaat. Karena ya itu tadi : waktu ane terbatas. Jadi waktunya benar-benar dimaksimalkan total. Minimalisme banget ya.
P.S. Dibuang disini bukan berarti dibuang ke tempat sampah : bisa juga disalurkan, atau disedekahkan, atau dijual, atau disewa, dll.